Bandar Lampung (Lampost.co)–Provinsi Lampung terus mendorong petani di wilayahnya untuk terus membudidayakan lada hitam secara organik karena adanya permintaan masyarakat terhadap produk sehat.
“Kita terus ajak petani lada untuk melakukan budidaya secara organik tanpa bahan kimia,” kata Pelaksnaa Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Provinsi Lampung, Jabuk, di Bandar Lampung, akhir pekan kemarin.
Menurut dia, hal tersebut dilakukan karena tingginya minat masyarakat untuk menerapkan pola hidup sehat dengan konsumsi komoditi berbasis organik dan ramah lingkungan.
“Lada organik ini sudah dikembangkan di sejumlah daerah utamanya di Kabupaten Lampung Timur, dalam hal ini penanaman lada dilakukan dengan memanfaatkan unsur alami dalam pengendalian hama, sehingga biji lada tidak terkontaminasi pestisida,” kata dia.
Ia mengatakan luasan area tanaman lada milik rakyat di Provinsi Lampung berkisar 45.848 hektare yang tersebar di sejumlah kabupaten/kota dengan hasil produksi mencapai 467 kg per hektare.
Sementara itu, petani lada hitam asal Lampung Timur Zakaria mengatakan mayoritas petani di daerahnya telah melakukan cara budidaya atau menanam lada secara organik karena telah ada anjuran dari pemerintah setempat.
“Jadi sudah ada anjuran dari pemerintah semuanya harus diubah ke organik dan katanya itu juga lebih sehat,” jelasnya.
Menurut dia, lada hitam organik, sama saja seperti lada hitam pada umumnya namun cara budidaya dan menanamnya tidak menggunakan bahan kimia karena lebih mengedepankan pupuk kompos.
“Banyak juga masyarakat yang bilang, kalau lada hitam organik ini lebih bagus kualitasnya,” kata dia.
Namun begitu, ia berharap agar harga dari lada hitam ini tetap stabil sehingga memberikan kesejahteraan serta pemerintah pun dapat lebih memperhatikan para petani dengan memberikan pembinaan ataupun pelatihan.
“Harga tahun ini sudah lumayan berkisar Rp50.000 per kilogram. Tahun ini harga lada hitam lebih tinggi dua kali lipat, kalau tahun lalu kan harganya turun jauh, sehingga membuat petani sempat putus asa karena hasilnya tidak sebanding dengan harga jualnya,” paparnya.
Sri Agustina